JAKARTA - Nilai tukar rupiah yang melemah sebesar 6,3 persen pada tahun 2012 membuatnya menjadi mata uang nomor dua paling terpuruk di Asis setelah mata uang Jepang, yen.

“Rupiah sudah terdepresiasi 6,3 persen tahun lalu. Terburuk kedua di Asia setelah yen yang terpuruk 11 persen,” jelas Head of Research KSK Financial Group David Cornelis kepada Okezone, Rabu (2/1/2013).

Pada akhir perdagangan tahun 2012, Rupiah, menurut kurs tengah Bank Indonesia (BI), menguat ke Rp9.670 per USD dibandingkan periode perdagangan sebelumnya Rp9.685. Sementara menurut Bloomberg, rupiah ada di Rp9.645.

Menurut yahoofinance, rupiah ada di Rp9.651 per USD. Di mana kisaran perdagangan hariannya ada di Rp9.651-Rp9.804.

Melemahnya rupiah ini tak lepas dari kondisi global yang belum kondusif terkait krisis keuangan di Amerika Serikat (AS), yakni terkait fiscal cliff.

Walau demikian, telah terjadi kesepakatan yang berisikan perpanjangan kenaikan pajak atas masyarakat yang memiliki penghasilan hingga USD450 ribu. Sedangkan, tarif pajak masyarakat yang memiliki penghasilan lebih dari USD450 ribu akan naik menjadi 39,6 persen, dividen sebesar 20 persen untuk pendapatan rumah di atas USD450 ribu, menaikkan pajak estate hingga 40 persen dan asuransi untuk pengganguran akan dilanjutkan hingga 2013.

Kesepakatan lain yakni penundaan pengeluaran fiscal cliff selama dua bulan hingga kesepakatan baru bisa tercapai. Sementara itu, pemotongan belanja otomatis USD50 miliar utk pengeluaran militer dan USD50 miliar untuk pengeluaran domestik di tahun 2013.

Analisa : Perubahan kebijakan negara lain apalagi Amerika, sangat mempengaruhi nilai tukar uang negara kita. banyak kebijakan-kebijakan yang bisa membuat melemah ataupun meningkatkan nilai tukar. Walau demikian perubahan nilai ini tidak akan berpengaruh jika hanya digunakan didalam negeri dan tidak berhubungan dengan expor impor.

Sumber : http://economy.okezone.com/read/2013/01/02/278/740049/yen-rupiah-mata-uang-paling-anjlok-di-2012